A. Latar
Belakang
Revolusi
Islam dikenal juga dengan sebutan Revolusi Iran. Revolusi Islam merupakan
revolusi yang mengubah bentuk Negara Iran dari Kerajaan yang dipimpin oleh Shah
Mohammad Reza Pahlavi, menjadi Republik Iran yang dipimpin oleh Ayatullah
Ruhullah Khomeini. Revolusi Islam ini sering disebut pula revolusi terbesar
ketiga dalam sejarah, setelah Perancis dan Revolusi Bolshevik.
Terjadinya
Revolusi Islam Iran telah mendorong munculnya gerakan rakyat di berbagai
belahan dunia untuk melawan kekuatan-kekuatan arogansi dan para pemimpin
diktator. Gerakan tersebut secara perlahan melahirkan Kebangkitan Islam dan
perubahan besar di dunia Islam khususnya di antara rakyat yang tertindas.
Dengan
demikian, gerakan Revolusi Islam yang telah menyadarkan masyarakat Islam dari
sikap pasif mereka merupakan gerakan yang memiliki rangkaian sejarah panjang
dan semangat bangsa itu dalam menuntut keadilan. Revolusi Islam Iran telah
mendorong bangsa-bangsa tertindas untuk melakukan revolusi dan menumbangkan
rezim-rezim otoriter serta mengubah persamaan regional. Dengan kata lain,
semangat untuk menuntut keadilan dan sikap anti-arogansi yang dislogankan oleh
Revolusi Islam Iran telah menjadi inspirasi bagi Kebangkitan Islam di Timur
Tengah dan Afrika Utara. Maka, Revolusi Islam begitu penting untuk dibahas,
karena kehadirannya telah menumbuhkan suatu perubahan besar dalam diri
bangsa-bangsa Timur Tengah.
B.
Iran
di bawah Dinasti Pahlevi
Pada 1920, Sayid Zia ad Din Taba
Tabai (seorang politisi, penulis radikal dan tokoh pembaharuan) serta Reza Khan
(pemimpin pasukan Kozak Iran) melakukan kudeta dan penggulingan terhadap
Dinasti Qajar. Pada 13 Desember 1925, Reza Khan mentasbihkan diri sebagai shah
dan mendirikan dinasti Pahlevi. Ambisi utama Reza Khan yaitu ingin menandingi
Mustafa Kemal dari Turki. Reza ingin membebaskan Iran dari pengaruh asing,
tetapi juga ingin memperkuat Iran dengan
teknologi dan pembaruan Barat.
Perhatian
Shah Reza juga sangat besar terhadap tentara. Menurut pemikiran Shah Reza,
hanya tentara yang berdisplin, dibayar dan terorganisasi yang akan berhasil
memulihkan keamanan dan ketertiban negara.
Selama 20 tahun masa kekuasaannya,
Reza Khan berhasil menindas berbagai pemberontakan, diantaranya pemberontakan
Suku Kurdi, Baluchis, Qashqis serta mengakhiri pemerintahan semi otonomi Syeh
Kazal yang diproteksi Inggris di Khuzistan. Pada saat Perang Dunia II Iran
berusaha bersikap netral, tetapi pada titik tertentu Reza Khan tidak berdaya di
bawah tekanan Jerman. Lebih dari separuh perdagangan luar negeri Iran dilakukan
dengan Jerman yang menyediakan mayoritas permesinan untuk program
Industrialisasi. Iran bahkan menolak kerja sama dengan sekutu sehingga Inggris
dan Rusia memutuskan untuk melakukan invasi ke Iran pada 1941. Inggris memaksa
Reza Khan untuk mengundurkan diri dan menempatkan putranya, Muhammad Reza
Pahlevi sebagai Shah Iran. Shah Iran di nobatkan menjadi raja pada 17 Desember
1941, dengan gelar “His Imperal Majesty,
Mohammad Reza Pahlevi, Shah of Shahs, Light of the Aryan” ( yang
dipertuankan Kemaharajaan Sri Baginda Muhammad Reza Shah Pahlevi Raja Diraja
Cahaya Orang Aria).
Muhammad Reza Pahlevi sadar
sepenuhnya akan bahaya intern dan ekstern yang mengancam Negara sehingga sangat
ingin memperbaiki keadaan social dan ekonomi. Tugas Muhammad Reza Pahlevi
ternyata tidak mudah. Sistem ekonomi memerlukan pembaruan yang radikal. penarikan
kembali pasukan asing menyebabkan pengangguran dan deflasi. Bidang usaha sangat
menderita dan Iran mengalami kebangkrutan yang membahayakan pada 1949. Pada
1951, kondisi keuangan sangat parah sehingga pembayaran gaji untuk para pejabat
pemerintah harus ditunda sampai 2 bulan. Pada 1959, Iran mengubah arah
kebijakan luar negerinya yang condong pro-Barat. Pada 4 maret 1959, perjanjian
Amerika Serikat dan Iran ditandatangani sehingga Amerika Serikat bertanggung
jawab atas keamanan Iran dalam menghadapi agresi luar.
Pada umunnya peralatan militer Iran
berasal dari Negara-negara Barat, khususnya Amerika. Suplai peralatan militer
dari luar negeri menyebabkan juga banyak penasehat-penasehat militer terutama
dari Amerika yang bekerja di Iran. Kredit atau hibah serta program pendidikan
oleh Amerika mempunyai maksud untuk mendominasi bidang politik dan ekonomi
Iran, terutama minyak.
Pada 1960-1961, terjadi krisis
politik dan ekonomi yang cukup parah. Kekacauan politik dan ekonomi menimbulkan
sebuah pemogokan umum yang secara brutal ditindas dengan mengandalkan agen
polisi Savak. Polisi rahasia Savak merupakan organisasi sipil, tetapi para
pemimpinnya terkenal sangat militan dan kejam. Shah Reza sangat bergantung pada
militer dalam menjalankan pemerintahannya. Peranan dan gaya kepemimpinan
militer semakin meningkat dalam kehidupan social. Hal ini juga terlihat dengan
semakin meningkatnya anggaran belanja militer. Tujuan pembangunan di bidang
militer adalah untuk menindas dan mengancurkan segala bentuk oposisi dalam
negeri. Rezim Shah Reza Pahlevi semakin lama mengarah pada pemerintahan yang
represif dan dictatorial.
Syah Reza tidak memberikan kebebasan
politik terhadap rakyat dan bersikap represif terhadap setiap gerakan oposisi
yang dikhawatirkan akan mengancam kekuasaannya. Selain itu juga, pembangunan
nasional terlalu mengutamakan pembangunan di bidang industri dan militer demi
memuaskan ambisi Syah Reza Pahlevi untuk menjadikan Iran sebagai kekuatan utama
di Timur Tengah. Alokasi dana untuk militer sangat besar sehingga melebihi
anggaran yang semestinya untuk pembangunan ekonomi dan social. Anggaran yang
minim untuk pembangunan ekonomi juga diperparah lagi dengan terbengkalainya
berbagai program pembangunan.
Program pembangunan ekonomi yang
menghabiskan banyak dana tidak bisa
memberikan hasil yang diharapkan rakyat karena tidak direncanakan dengan baik.
Di satu sisi, inflasi terus mengalami kenaikan karna meningkatnya pendapatan
minyak dan pengeluaran pembangunan sehingga daya beli masyarakat menurun.
Program pembangunan yang tidak berpihak pada rakyat sehingga meningkatnya angka
kemiskinan sangat kontras dengan kehidupan para pejabat yang mewah tetapi
diperoleh dari hasil korupsi. Akibatnya terjadilah kesenjangan social yang
sangat lebar antara kemiskinan yang diderita sebagian besar rakyat dengan gaya
hidup mewah segelintir pejabat karena kepincangan pendapatan nasional yang
mencolok.
Pendapatan nasional dari sector
minyak sebenarnya naik cukup signifikan. Pada 1973-1974, harga minyak Iran
menjadi 4 kali lipat sehingga pendapatan Negara dari sector minyak meningkat
dari 5 miliar dolar menjadi 20 miliar dolar AS setahun. Pendapatan yang
melimpah dari sector minyak ternyata tidak digunakan untuk meningkatkan
kesejahteraan rakyat.
C.
Revolusi
Menumbangkan Syah Reza Pahlevi
Atas seruan Ayatullah Khomeini,
rakyat turun ke jalan dalam jumlah yang semakin besar untuk menyerukan
tuntutan-tuntutan rakyat, terutama menuntut Syah Reza Pahlevi mundur dari
jabatannya. Aksi demonstrasi yang dilakukan dalam jumlah massa rakyat yang
cukup besar belangsung terus menerus menyebabkan moral pasukan atau militer
yang bertugas untuk menghalangi atau membubarkan aksi tersebut menjadi gentar. Bahkan
kemudian banyak di antara pasukan yang membelot kepada rezim Syah Reza Pahlevi dan
berbalik mendukung aksi demontrasi rakyat. Sebagian besar prajurit melepas
seragam militer dan bergabung dengan pejuang-pejuang oposisi. Selanjutnya
pemerintah Shahpour Bahtiar jatuh dan ribuan orang bersenjata bergerak dengan
bebas menduduki tempat-tempat strategis seperti gedung radio dan TV, Parlemen,
gudang-gudang senjata dan gedung-gedung pemerintah.
Ada beberapa faktor yang mendorong
keberhasilan rakyat Iran menggulingkan rezim Syah Reza Pahlevi. Pertama, bersatunya
berbagai elemen masyarakat sehingga terjadi gerakan missal. Berbagai elemen
masyarakat yang sebelumnya terpecah, terutama karena perbedaan ideologi bisa
bersatu karena adanya satu tujuan yaitu menumbangkan rezim Syah Reza Pahlevi.
Berbagai elemen masyarakat tersebut terdiri dari golongan ulama, yaitu para
mullah, mahasiswa, cendikiawan, professional, usahawan / bisnis dan golongan
marxis.
Kedua, ketidakpuasan yang melanda
hampir seluruh lapisan masyarakat terhadap kebijakan dalam pemerintahan Syah
Reza Pahlevi yang tidak berpihak pada rakyat. Hasil pembangunannya terutama di
bidang ekonomi hanya dinikmati oleh sebagian kecil kalangan pejabat sehingga
terjadi kesenjangan social yang cukup parah. Ketidakpuasan rakyat yang meluas
akhirnya tidak bisa dibendung lagi dengan kekuatan militer atau cara represif
dan dan akhirnya menjadi bom waktu yang suatu saat akan meledakkan rezim yang
berkuasa.
Ketiga, faktor keberhasilan dalam
menumbangkan rezim Syah Reza adalah faktor kepemimpinan. Pada saat itu,
kemunculan sosok Ayatullah Khomeini dipandang sebagai figure yang tepat untuk
memimpin revolusi.
Pemogokan
yang dilakukan oleh para pegawai negeri dan buruh berhasil melumpuhkan
perekonomian sehingga pemerintah terancam bangkrut. Pemogokan ternyata juga
merupakan senjata yang ampuh untuk mendesak Syah Reza mundur dari tampuk
kekuasaan. Apalagi pemogokan para buruh minyak berhasil membalikkan kondisi
Negara Iran yang semula sebagai eksportir menjadi importer minyak. Akibatnya
pendapatan minyak menurun dratis sehingga proyek pembangunan yang sumber
dananya sebagaian besar berasal dari minyak menjadi terbengkalai.
Jika seluruh elemen masyarakat bisa
bersatu, tidak begitu dengan kalangan militer. Kekuatan militer yang selama ini
menjadi tameng kekuasaan Syah Reza tidak berdaya dan kewalahan menghadapi massa
rakyat yang marah. Selain itu dalam tubuh Angkatan bersenjata, terutama
angkatan Darat dan angkatan Udara sudah disusupi pihak oposisi dengan berbagai
organisasi gerilya. Bahkan banyak kalangan militer akhirnya melepas seragam dan
bergabung dengan massa rakyat.
Mayoritas pemimpin militer yang
menduduki jabatan penting tidak dipersyaratkan mempunyai kemapuan militer yang
tinggi kepada Syah Reza Pahlevi. Oleh karena itu tentara mengikuti pemimpinnya
dalam menghadapi krisis. Kekuatan-kekuatan militer tidak bisa mengakhiri
konfronsi terus menerus dengan rakyat melalui tindakan militer. Hal itu
disebabkan karena tidak adanya kemapuan militer yang baik dan kelemahan Syah
dalam mengambil keputusan. Selain itu, tentara merupakan muslim yang masih
dipengaruhi oleh prinsip-prinsip Islam. Kesetian terhadap Syah memang mutlak,
tetapi kesetian terhadap Syah memang mutlak, tetapi kesetiaan terhadap agama
juga harus diperhitungkan.
Revolusi yang bercorak agama telah
mempunyai pengaruh yang besar terhadap rakyat. Oleh karena itu sangat wajar
jika para tentara dan perwira rendah yang merupakan mayoritas terbesar dalam
kemiliteran sangat terpengaruh oleh revolusi rakyat meskipun pada awalnya
terjadi konfrontasi antara keduanya. Konfrontasi yang berakhir dengan kehancuran
tentara Iran dalam menghadapi rakyat berlangsung selama 6 bulan secara terus
menerus. Hampir setiap hari terjadi bentrokan yang sporadis antara tentara dan
rakyat sehingga akhirnya melemahkan spirit tentara dan tidak mentaati pemimpin
mereka. Semangat tentara semakin rapuh setelah Syah Iran sebagai panglima
tertinggi Angkatan Bersenjata keluar menunggalkan Iran. Padahal jumlah tentara
Iran mencapai 400.000 orang yang dilengkapi dengan persenjataan dan peralatan
militer udara dan darat seharga $ 30.000.000.000 miliar dollar ditambah dengan biaya untuk
membayar tenaga-tenaga ahli dan penasehat asing sebesar 4 miliar dollar.
Kendala utama yang dihadapi yaitu
setelah berhasil menggulingkan kekuasaan Syah Reza Pahlevi justru persatuan
atau koalisi pecah karena munculnya berbagai perbedaan pendapat tentang masa
depan Iran dan justru terjadi perebutan kekuasaan baru.
D.
Kondisi
Iran Pasca Revolusi
Setelah rezim Shah Reza
Pahlevi runtuh, ternyata impian rakyat Iran untuk menikmati kehidupan yang
lebih baik masih jauh dari harapan. Bahkan persatuan berbagai elemen masyarakat
yang kuat untuk menggulingkan kekuasaan Syah Reza mengalami perpecahan yang
serius. Perpecahan tersebut timbul karena adanya perbedaan pendapat tentang
masa depan Iran dan yang lebih parah lagi terjadi perebutan kekuasaan.
Perebutan kekuasaan yang dimaksud
adalah perebutan kekuasaan antara Khomeini dan pengikut-pengikutnya serta golongan
kiri dan moderat. Selain itu berbagai minoritas seperti suku kurdi menggunakan
kesempatan untuk menuntut hak, terutama otonomi wilayah. Setelah Syah Reza
Pahlevi berhasil ditumbangkan, kekuasaan tertinggi terletak pada Dewan Revolusi
Islam yang dibentuk Khomeini dan sekaligus bertindak sebagai ketuanya. Khomeini
kemudian menunjuk Dr. Mehdi Bazargan sebagai perdana menteri dan mengesahkan
cabinet serta program kerjanya. Akan tetapi tidak semua elemen masyarakat yang
berbeda ideologi setuju dengan sistem teokrasi yang dijalankan Khomeini.
Berbagai elemen masyarakat merasa
berjasa dan berhak ikut serta menentukan masa depan Iran, tidak hanya kaum
mullah saja. Banyak kelompok bersenjata seperti kelompok gerilyawan fedayen
yang menentang kekuasaan dewan Revolusi. Para buruh dengan tegas menolak
didirikan Republik Islam Iran dan sebaliknya memperjuangkan suatu Negara
demokrasi rakyat menurut pola Negara sosialis. Kaum nasionalis moderat juga memperjuangkan
suatu Negara demokrasi social para kaum nasionalis moderat memperjuangkan Hak
asasi manusia dan kebebasan demokrasi seperti kebebasan menyatakan pendapat
serta berserikat dan berkumpul. Kaum nasionalis moderat di antaranya Dr. Karim
Sanjabi (Front Nasional), PM. Bazargan (Gerakan Pembebasan Iran), Kaum
cendikiawan serta golongan profesi yang mengenyam pendidikan Barat. Selain itu
juga golongan wanita militan yang memperjuangkan persamaan hak antara pria dan
wanita.
Pada minggu pertama setelah Rezim
Syah Reza Pahlevi tumbang, Mahkamah Revolusi telah mengadili 5 orang sisa-sisa
Orde Lama termasuk ketua Savak, Jenderal Nashiri yang dihukum mati setelah
dieksekusi dari loteng madrasah Khomeini di Teheran. Bazar Khan mengumumkan
bahwa tidak tahu menahu tentang peristiwa tersebut. Bazar Khan menyampaikan
ketidak setujuaannya kecuali jika dilakukan secara adil dan sesuai dengan
cara-cara yang berlaku di pengadilan-pengadilan di dunia.
Pengawal Revolusi dan komite-komite
Revolusi merupakan Negara di dalam Negara yang tidak kurang kekuasaan dan
wewenangnya daripada Mahkamah Revolusi. Kedua lembaga tersebut mempunyai
kekuasaan untuk mengirim orang-orang yang dicurigai ke rumah presiden kapan
saja untuk nenangkapnya dan ditarik ke mana saja sesukanya. Dengan demikian
berarti di dalam Negara Iran terdapat tiga kekuatan eksekutif. Kekuatan
eksekutif yang paling lemah adalah pemerintah yang bergantung kepada tentara
dan kepolisian. Tentara sudah dihancurkan sama sekali, sedangkan kepolisian
telah berada di bawah kekuasaan komite-komite Revolusi.
E.
Pengaruh
Revolusi Iran
Revolusi Iran ternyata menimbulkan
pengaruh yang cukup besar di Negara-negara kawasan Timur Tengah. Pengaruh tersebut
tampak jelas dengan munculnya berbagai gerakan islam fundamentalis. Pengaruh
tersebut sangat terasa di Negara-negara yang memiliki Penganut Syiah yang cukup
besar seperti Irak, Lebanon, Bahrain, dan Kuwait.
Di Irak, Revolusi Iran sangat
mencemaskan rezim Saddam Hussein. Pemerintah Irak melakukan pengawasan yang
sangat ketat terhadap umat Syiah di Irak. Bahkan pada 1980, Imam Ayatullah
Baqir Al-Shadr sebagai pemimpin umat Syiah Irak dihukum mati bersama keluarga
dan beberapa orang pengikutnya.
Revolusi Iran juga mempunyai
pengaruh yang cukup kuat di Negara-negara Arab kawasan Teluk Parsi (Kuwait,
Bahrain, Arab Saudi dan orang-orang Palestina di tepi Barat dan jalur Gasa yang
di duduki Israel).
Kesimpulan
Meskipun telah melakukan berbagai modernisasi ekonomi, Shah
Pahlevi tidak pernah sekalipun membuka kebebasan politik di Iran. Ia hanya
fokus memperkuat 3 pilar penyangga kekuasaannya, yaitu angkatan militer,
jaringan kroni dan birokrasi.
Setelah
rezim Shah Reza Pahlevi runtuh, ternyata impian rakyat Iran untuk menikmati
kehidupan yang lebih baik masih jauh dari harapan. Bahkan persatuan berbagai
elemen masyarakat yang kuat untuk menggulingkan kekuasaan Syah Reza mengalami
perpecahan yang serius. Perpecahan tersebut timbul karena adanya perbedaan
pendapat tentang masa depan Iran dan yang lebih parah lagi terjadi perebutan
kekuasaan.
Revolusi Iran ternyata menimbulkan
pengaruh yang cukup besar di Negara-negara kawasan Timur Tengah. Pengaruh
tersebut tampak jelas dengan munculnya berbagai gerakan islam fundamentalis.
Pengaruh tersebut sangat terasa di Negara-negara yang memiliki Penganut Syiah
yang cukup besar seperti Irak, Lebanon, Bahrain, dan Kuwait.
DAFTAR
PUSTAKA
George
Lenczowski. 1993. Timur Tengah di Kancah Dunia. Sinar Baru Algesindo. Bandung:
Sinar Baru Algensido.
Isawati.
2013. Sejarah Timur Tengah Jilid 2: Dari Revolusi Libya Sampai Revolusi Melati.
Yogyakarta: Ombak.
Sumber Internet
http://id.wikipedia.org/wiki/Revolusi_Islam_Iran. diunduh 21 Maret 2015
http://indonesian.irib.ir/islam/Revolusi_Islam_Iran_dan_Kebangkitan_Islam. diunduh 21 Maret 2015